Pages

Tuesday, 7 October 2008

terbang ke jipuun

"Yokoso! Japan" dan Keunikan Negeri Sakura

SETIAP kali membayangkan Jepang selalu terpikir banyaknya wisatawan yang berkunjung ke negeri itu. Apalagi mereka memiliki banyak tempat wisata dari berbagai jenis, mulai wisata budaya, wisata boga, wisata religius, dan lain-lain.

AH, rupanya salah duga. Ternyata negeri itu tak hebat- hebat amat dalam menarik wisatawan dibandingkan dengan Thailand yang sukses merebut hati wisatawan asing hingga 11 juta orang dalam setahun. Jumlah wisatawan Jepang masih berkisar enam juta orang setahun.

Rupanya Pemerintah Jepang pun masih ingin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke negaranya. Untuk itulah mereka melakukan kampanye besar-besaran dalam menarik wisatawan. Mereka memiliki program "Yokoso! Japan" atau Selamat Datang ke Jepang. Kampanye wisata ini diluncurkan pada Februari lalu.

Dari mulai bandara, pusat perbelanjaan, hotel, dan berbagai tempat wisata tulisan "Yokoso! Japan" bertebaran. Mereka berusaha membuka berbagai informasi dan pelayanan terkait dengan pariwisata kepada orang asing. Seluruh cara dikerahkan agar wisatawan ke Jepang terus bertambah.

Bahkan, Menteri Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Jepang Kazuo Kitagawa ketika membuka pertemuan tahunan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional (IATA) akhir Mei lalu mengatakan, meski tak terkait langsung dengan pariwisata, dirinya juga bertanggung jawab terhadap pariwisata di Jepang.

"Perkenankan saya memperkenalkan ’Yokoso! Japan’ kepada setiap orang di sini yang datang dari berbagai negara. Kami berharap anda sekalian akan mendapat kesempatan untuk merasakan berbagai atraksi wisata di negeri kami," kata Kitagawa.

Kampanye kunjungan ke Jepang ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan menjadi dua kali lipat pada tahun 2010. Tahun lalu jumlah wisatawan ke Jepang diperkirakan mencapai 6,14 juta orang atau naik 18 persen dibandingkan tahun 2003. Jepang berharap tahun ini bisa mencapai tujuh juta wisatawan setelah diadakan Aichi Expo 2005 di Nagoya.

JEPANG memiliki berbagai tempat wisata dari mulai wisata ke Gunung Fuji hingga wisata di dalam kota Tokyo, seperti Disneyland, Tokyo Tower, Istana Kerajaan Jepang, hingga sejumlah tempat perbelanjaan. Jepang sebagai negara maju sangatlah menarik. Fasilitasnya sangat modern seperti transportasi sangatlah mudah dijangkau.

Akan tetapi, di luar berbagai tempat wisata dan fasilitas itu, banyak hal sepele yang membuat saya tertarik untuk melihat hal-hal kecil itu di negeri ini dibandingkan mengunjungi berbagai tempat wisata. Mungkin, ini jenis wisata baru, yaitu mengamati hal-hal sepele di negeri orang!

Misalnya, setiap rumah makan di Tokyo selalu menyediakan contoh makanan di bagian depan rumah makan. Contoh makanan itu terbuat dari lilin sehingga orang bisa membayangkan jenis makanan seperti apa yang hendak dibeli. Tidak hanya itu, mereka juga menampilkan harganya dan yang paling penting mereka menyebut perkiraan jumlah kalori-kandungan energi-yang ada pada makanan itu.

Penyebutan kalori itu menjadi sangat menarik ketika orang zaman modern ini meributkan soal kegemukan, diet, dan berbagai penyakit karena kelebihan kalori. Satu porsi makanan ada yang mencapai 900 kilokalori. Hal kecil ini menarik wisatawan karena informasi kecil ini sangat berguna ketika orang akan memutuskan untuk memakan sesuatu dengan berbagai alasannya.

Soal kecil lainnya, Jepang menyadari kondisi cuaca yang kadang merepotkan penduduknya ketika bepergian. Perubahan cuaca seperti hujan termasuk hal kecil yang menjadi perhatian. Pernahkah anda membayangkan kalau suatu saat anda harus ke hotel atau pusat pertokoan di kala hujan besar? Di manakah anda akan menaruh payung? Hal kecil yang pasti akan merepotkan anda!

Di Jepang semua pertokoan menyediakan plastik kecil sebagai kantong bagi payung. Plastik ini bisa diambil gratis. Payung yang basah kemudian dimasukkan ke plastik itu. Setelah itu pengunjung dengan enak menenteng payung ke dalam hotel atau pusat perbelanjaan.

Selain itu, di sejumlah tempat, seperti hotel, disediakan "tempat parkir" bagi payung. Mereka yang masuk ke hotel atau pusat perbelanjaan dan membawa payung bisa "memarkir" payung di sebuah lubang yang disediakan dan menguncinya. Para pemilik kemudian membawa kunci itu. Bila hendak mengambil payung itu ketika balik, pemilik payung cukup membuka kunci itu.

Jepang juga sangat memerhatikan efisiensi. Persoalan biaya yang sebenarnya tidak perlu dikeluarkan selalu dihitung secara cermat. Sebuah hotel mempertaruhkan akan memberi hadiah setara dengan 2.000 yen atau sekitar Rp 180.000 setiap harinya kepada setiap tamunya yang tidak meminta untuk dirapikan kamarnya dan juga tak akan menambah kebutuhan kamar mandi, seperti sabun dan pasta gigi.

Hal yang menarik lainnya, di Jakarta kita masih menemui seminar-seminar dengan pemborosan penggunaan kertas. Jepang sangat efisien dan memerhatikan lingkungan. Lihat saja sebuah pertemuan level internasional, seperti pertemuan tahunan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional (IATA) di Tokyo akhir bulan Mei lalu, tidak ada pemborosan kertas di acara itu.

Setiap materi pertemuan difotokopi bolak-balik. Kualitas kertasnya pun sepertinya kertas kualitas nomor dua. Jadi sebuah materi seminar yang kalau diadakan di Jakarta akan menggunakan 10 kertas, di Tokyo cukup menggunakan lima kertas saja. Bisa dibayangkan kalau acara-acara semacam ini membutuhkan ratusan ton kertas, maka semuanya bisa dihemat hingga separuhnya.

Hal yang menarik lainnya. Kalau kita datang ke Kota Bogor, Jawa Barat, kita akan mendapatkan roti kecil yang dikenal dengan roti unyil. Biasanya kita membeli roti ini dengan boks yang kadang agak merepotkan. Apalagi roti-roti kecil itu tidak dikemas di dalam plastik.

Di Tokyo ada juga kue sejenis. Di lokasi perbelanjaan Nakamise kita mendapati pedagang yang menggunakan mesin sehingga pembuatan roti itu hanya dalam hitungan detik. Bukan itu saja, setiap satu kue dimasukkan dalam kemasan plastik yang higienis dan mudah dibuka. Setelah itu kue dimasukkan ke dalam kantong sehingga mudah ditenteng. Ini lebih higienis dan praktis dibandingkan dengan kemasan roti unyil Bogor itu.

MASIH banyak hal kecil di Jepang yang menarik untuk diperhatikan. Sesekali cobalah minta tolong seseorang di jalan untuk menunjukkan sebuah lokasi yang anda tuju ketika anda bingung mencarinya. Anda bukan hanya ditunjukkan lokasi itu, tetapi akan diantar sampai ke tempat tujuan!

Kadang kita merasa tidak enak hati karena sebenarnya kita hanya membutuhkan petunjuk saja dari mereka. Saya sempat khawatir ketika saya meminta tolong untuk ditunjukkan sebuah lokasi agen wisata di sebuah stasiun kereta, orang yang saya mintai tolong mengantar saya dan dia meninggalkan seluruh barangnya di tempat duduk semula.

Saya sempat khawatir kalau barangnya itu hilang diambil orang saat mengantar saya. Ah, saya baru sadar ini Tokyo, bukan Jakarta, yang jangankan ditinggal meski ditunggu barang kita juga bisa hilang. Masyarakat Jepang memiliki rasa malu yang tinggi sehingga barang- barang yang bukan miliknya tidak akan diambil begitu saja.

Dari berbagai hal yang sifatnya kecil dan sepele itu kita bisa melihat masyarakat Jepang menjadi contoh dalam hal efisiensi, taat pada hukum dan peraturan, kejujuran, hormat kepada orang lain, kerja keras, dan disiplin waktu. Sebuah negara yang masyarakatnya sangat beradab.

Kemajuan sebuah bangsa bukan karena umur negara itu, bukan pula karena kecerdasan penduduknya dan kekayaan alam, tetapi karena sikap atau perilaku masyarakatnya yang telah terbentuk sejak lama melalui kebudayaan dan pendidikan.(ANDREAS MARYOTO, dari Tokyo, Jepang)

No comments:

Post a Comment