Bangsa Jepang selalu berusaha membuat
sejarahnya menarik untuk disimak melalui berbagai media, salah
satunya melalui komik berjudul “Samurai X” ini. Setting waktu
komik ini adalah tahun ke-5 Meiji, pasca perang saudara antara rezim
lama Bakufu melawan rezim Meiji yang menginginkan pembaharuan.
Perang dimenangkan oleh Meiji, dan berbagai usaha untuk membangun
Jepang baru (lazim disebut “restorasi Meiji”) mulai dilakukan.
Perang menyisakan banyak kerusakan, luka-luka, serta para veteran
perang yang berusaha menjalani hidup baru. Salah satu dari mereka
adalah Kenshin Himura, yang berusaha meninggalkan masa lalunya
sebagai Battosai, pembantai kejam berdarah dingin dari kelompok
Choshu yang ikut berperan dalam tegaknya rezim Meiji.
Kenshin –lelaki bertubuh kecil,
berusia 28 tahun dengan bekas luka silang di pipi- ternyata tak bisa
sepenuhnya menghindari kodratnya sebagai petarung. Hal ini
disebabkan karena kondisi politik yang belum stabil menimbulkan
pertarungan, pemberontakan, dan pelanggaran hukum di mana-mana.
Belum lagi banyaknya orang yang menaruh dendam pada Battosai di masa
lalu. Kondisi ini mau tak mau membawa Kenshin ke dalam pertarungan,
walaupun ia selalu berusaha untuk tidak membunuh lawannya dalam
keadaan apapun.
Petualangan barunya sebagai Kenshin
Himura —bukan Battosai si Pembantai- bermula dari pertemuannya
dengan Kaoru Kamiya, pemilik dojo aliran Kamiyakasshin. Cerita
berkembang ketika ia mulai terikat pada Kaoru dan dojo Kamiyakasshin,
serta bertemu teman-teman baru. Mereka antara lain adalah Sanosuke
Sagara (Mantan anggota kelompok pemberontak Sekihotai) dan Yahiko
Myojin (anak yatim piatu, ayah ibunya adalah ksatria Meiji).
Berbagai masalah ternyata memaksa Kenshin untuk menghunus kembali
pedangnya yang bermata terbalik—tumpul di bagian luar- tanpa harus
kembali menjadi Battosai. Kenshin yang ingin membuang jauh-jauh masa
lalunya mengalami tekanan batin yang hebat, karena masa lalunya
seolah-olah mengejar dan muncul dihadapannya. Lawan-lawan Kenshin
saat menjadi Battosai pada masa perang terus menerus mengusik
kehidupan barunya. Mereka antara lain adalah: Aoshi Shinomori(Ketua
Juppongatana, lebih dikenal sebagai Ninja), Hajime Saito(Ketua
kelompok Shinsengumi, pendukung pemerintahan Bakufu), serta Makoto
Shisio (Battosai bayangan yang hidup lagi setelah dilenyapkan oleh
pemerintah Meiji). Berbagai usaha harus ditempuh Kenshin dan
kawan-kawannya untuk menjaga perdamaian; dan sekali lagi—khusus
bagi Kenshin- tanpa harus kembali menjadi seorang Battosai.
Latar belakang sejarah komik ini
sangatlah kuat dan akurat. Berbagai tokoh-tokoh kenamaan Jepang Kuno
seperti Kogoro Katsura, Perdana Menteri Okubo, Soshi Okita, serta
tokoh-tokoh dari pihak Bakufu maupun Meiji ikut ambil bagian dalam
cerita. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi juga digambarkan dengan
amat detail. Bagaimana pengaruh barat mulai memasuki Jepang, mulai
digunakannya mesiu dan opium, larangan membawa pedang di jalan umum,
serta kebusukan pemerintahan mampu mencerminkan kondisi Jepang saat
itu. Membaca buku ini tak hanya memberi hiburan, namun juga berbagai
pengetahuan.
Serial Samurai X yang dikemas dalam 28
jenis ini adalah salah satu masterpiece dalam komik Jepang (Manga).
Kualitasnya—baik ilustrasi maupun jalan cerita- sangat luar biasa.
Suatu ide terbersit di benak saya setelah selesai membaca serial ini:
seandainya saja sejarah Indonesia pada masa Ken Arok dan Tunggul
Ametung dapat dituangkan dalam media manga dengan kualitas sekelas
Samurai X, saya yakin pasti pemuda kita akan lebih menghargai budaya
bangsanya.
No comments:
Post a Comment