TOKYO - Harga lahan di Jepang akan terus anjlok hingga lima belas tahun mendatang. Prediksi itu disampaikan Sanyu Appraisal Corp, sebuah perusahaan penaksir nilai real estate.
"Pasar real estate menghadapi depresi yang lebih buruk dibandingkan setelah krisis gelembung aset pada 1990," kata Akiyoshi Inoue, direktur perusahaan yang berbasis di Tokyo itu, dalam wawancara dengan Bloomberg, dikutip hari ini, Kamis (27/11/2008).
"Harga tanah akan jatuh sedikitnya hingga 15 tahun mendatang," Inoue menambahkan.
Kementerian Pertanahan Jepang pada 21 November lalu mengumumkan harga tanah pada 85 persen tempat yang dipantau ambruk dalam tiga bulan yang berakhir 30 September.
Nilai real estate Jepang terus jatuh akibat krisis kredit global dan resesi ekonomi, sehingga membuat perbankan menahan pemberian pinjaman dan perusahaan-perusahaan memangkas investasinya.
Inoue mengatakan, sinyal kejatuhan harga tanah telah terjadi, misalnya pada distrik bisnis utama Marunouchi dan Otemachi. Survei Kementerian Pertanahan menunjukkan harga tanah di Otemachi jatuh tiga persen dalam periode triwulanan yang berakhir 30 September.
"Harga real estate di Marunouchi dan Otemachi akan terus menurun, dan harga sewa seluruhnya juga akan jatuh," kata Inoue.
Jepang, perekonomian terbesar kedua di dunia, memasuki resesi. Perekonomian Negeri Matahari Terbit merosot 0,1 persen pada kuartal ketiga tahun ini, menyusul penurunan 3 persen pada kuartal dua.
Resesi ini adalah yang pertama semenjak 2001. Produk domestik bruto Jepang, terbesar setelah Amerika Serikat, anjlok 0,4 persen tahun ini.
No comments:
Post a Comment