Menu

Saturday, 21 February 2009

Harakiri - Bunuh diri !

Rupanya pada saat sekarang ini; orang bunuh diri sedang ngetren
berat. Kebanyakan orang bunuh diri karena merasa malu dan ini bukan
hanya dilakukan oleh orang dewasa saja bahkan anak-anak sekalipun
sudah banyak yang melakukannya.


Misalnya Eko (15) dari Tegal yang
telah mencoba untuk bunuh diri, karena merasa malu menunggak uang
sekolah. Padahal pungutan uang sekolahnya hanya Rp. 5000 saja per
bulannya. Sedangkan para konglomerat hitam yang memiliki hutang lima
triliun saja tidak pernah mempunyai rasa malu.

Cara yang ditempuh untuk bunuh diri itu macem-macem, mulai dari
terjun bebas dari hotel/gedung tinggi, minum racun, menabrakan diri
ke kereta api atau busway, gantung diri, potong urat nadi maupun
bakar diri. Ini semua adalah cara bunuh diri yang kampungan alias
nDeso. Dlm soal bunuh diri kita harus belajar dari Jepang, yang
telah lama memiliki budaya malu. Mereka melakukan bunuh diri bukan
hanya sekedar bunuh diri secara begitu saja melainkan dengan ritual
dan disaksikan oleh beberapa orang, bahkan oleh anggota keluarganya
sendiri dan juga oleh bikshu Shinto.

Harakiri (Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang
Jepang sendiri jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih
senang menggunakan kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan
Harakiri. Budaya harakiri ini adalah tatacara budaya kesatrian
(Bushido) yang dilakukan oleh kaum Samurai. Budaya ini sudah
dilakukan sejak abad ke 12 dan mulai dilarang secara resmi di tahun
1868, walaupun demikian s/d saat ini masih tetap saja banyak yang
mempraktekannya.

Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara begitu saja, melainkan
harus melalui upacara ritual yang jelas dan telah ditentukan
sebelumnya. Mereka melakukan ini bukannya secara dadakan, terkadang
mereka mempersiapkan upacara Harakiri ini seperti juga upacara
perkawinan yang telah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya.

Sebelumnya orang melakukan harakiri ia harus mendapatkan seorang
pendamping asisten yang berfungsi sebagai algojo. Sang algojo ini
mendapatkan tugas untuk memancung kepala dari orang yang melakukan
harakiri. Masalahnya apabila seorang melakukan harakiri, pada saat
ia mau mati, dilarang mengeluh, menggerang, mengaduh ataupun
memperlihatkan wajah nyeri ataupun takut. Ia harus mati dengan tabah
dan gagah.

Untuk menghindar terjadinya hal ini, maka setelah sang pelaku
harakiri menusukkan pisau ke perutnya, maka sang algojo harus segera
memancung kepalanya dengan samurai. Dengan demikian ia bisa
mempercepat proses kematian dan tidak perlu menderita. Asisten
pembunuh ini lebih lazim dengan sebutan Kaishaku-Nin. Ilmu memancung
kepala dengan cepat dan baik ini bisa dipelajari dan disebut Seiza
Nanahome Kaishaku.

Para pelaku harakiri selalu mengenakan baju putih yang melambangkan
kebersihan dan kesucian. Mereka menusuk perutnya dengan menggunakan
pisau kecil yang disebut Wakizashi atau Tanto. Pisau tajam yang
berukuran 30 s/d 60 cm. Pisau tersebut harus dibungkus oleh kertas
putih.

Pisau tersebut ditusukan keperut; 6 cm dibawah pusar yang disebut
Tanden. Berdasarkan ajaran Zen disitulah letak pusatnya Chi atau
letaknya jiwa manusia. Mereka bukan hanya sekedar menusuk begitu
saja; melainkan harus dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
Prosedur merobek udel-udel ini disebut Jumonji-giri agar perutnya
bisa benar-benar robek dan ususnya keluar.

Sebelum mereka harakiri mereka menulis puisi kematian atau death
poem (jisei no ku) bagi yang ingin tahu apa saja yang ditulis di
puisi tsb silahkan klik:
Code:
http://www.salon.com/weekly/zen960805.html


Harakiri bukan dilakukan oleh pria saja tetapi juga oleh kaum
perempuan. Mereka menusukan jarum rambut atau pisau ke ulu hatinya.
Harakiri perempuan ini disebut jigai.

Bagi mereka yang ingin melakukan harakiri secara benar sesuai dengan
ritual sebaiknya membaca terlebih dahulu panduan harakiri di:
Code:
http://kyushu.com/gleaner/editorspick/seppuku.shtml


Agar tidak mati konyol secara begitu saja seperti layaknya Mr
Nobody, maka sebaiknya pada saat mau bunuh diri mengundang seluruh
wartawan cetak maupun elektronik sebanyak mungkin. Bukan hanya
sekedar RCTI saja melainkan CNN juga. Hal inilah yang telah
dilakukan oleh seorang punjangga Jepang - Mishima Yukio pada saat ia
mau melakukan harakiri pada tgl 25 November 1970 di Tokio. Bagi
mereka yang tahan banting silahkan klik film reality show harakiri
dari Mishima Yukio di sini:



Hanya sayangnya Mr Yukio memilih asisten yang Go-Block, sehingga
walaupun sudah tiga kali mencoba memancung, kepala sang pujangga
ternyata tidak berhasil. Maklum asistennya masih muda 25 th setelah
digantikan oleh algojo yang lain baru bisa berhasil.

Di Indonesia tidak akan ada pejabat yang merasa malu sehingga mau
melakukan harakiri. Apabila kasus korupsi mereka terungkap, mereka
lebih senang melakukan "Harta-Kiri" alias menyingkirkan hartanya
kebagian kiri alias keluar negeri daripada harakiri.

0 comments: