(関ヶ原の戦い sekigahara no tatakai?) adalah pertempuran yang terjadi tanggal 15 September 1600 menurut kalender lunar (21 Oktober 1600 menurut kalender Gregorian) di Sekigahara, distrik Fuwa, Provinsi Mino, Jepang.
Pertempuran melibatkan pihak yang dipimpin Tokugawa Ieyasu melawan pihak Ishida Mitsunari sehubungan perebutan kekuasaan sesudah wafatnya Toyotomi Hideyoshi. Pertempuran dimenangkan oleh pihak Tokugawa Ieyasu yang memuluskan jalan menuju terbentuknya Keshogunan Tokugawa.
Dendam akibat Pertempuran Sekigahara berperan dalam melahirkan gerakan menggulingkan pemerintahan Keshogunan Edo di abad ke-19 yang dimulai dari wilayah han Satsuma dan Chōshū.
Pihak yang bertikai dalam pertempuran ini terbagi menjadi kubu Tokugawa (Pasukan utara) dan kubu pendukung klan Toyotomi (Pasukan Barat). Klan Toyotomi sendiri tidak memihak salah satu pihak yang bertikai dan tidak ambil bagian dalam pertempuran.
Setelah pertempuran selesai, kekuasaan militer cenderung berhasil dikuasai pihak Tokugawa sehingga Pertempuran Sekigahara juga terkenal dengan sebutan Tenka wakeme no tatakai (天下分け目の戦い? pertempuran yang menentukan pemimpin Jepang).
Pada saat terjadinya pertempuran belum digunakan istilah Pasukan Barat dan Pasukan Timur. Kedua istilah tersebut baru digunakan para sejarawan di kemudian hari untuk menyebut kedua belah pihak yang bertikai.
Latar belakang
Perselisihan di dalam pemerintahan Toyotomi
Pemerintah Toyotomi yang berhasil menjadi pemersatu Jepang menyangkal keberadaan pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat yang terdiri dari pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang pernah diturunkan di garis depan perang penaklukan Joseon. Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak birokrat dapat dicegah oleh Toyotomi Hideyoshi dan adik kandungnya yang bernama Toyotomi Hidenaga.
Pertentangan menjadi semakin panas setelah pasukan ditarik mundur dari Joseon dan wafatnya Toyotomi Hidenaga di tahun 1591. Di akhir hayatnya, Toyotomi Hideyoshi mengambil sumpah setia para pengikut loyal yang terdiri dari dewan lima menteri dan lima orang pelaksana administrasi untuk membantu pemerintahan yang dipimpin Toyotomi Hideyori. Pertentangan di kalangan militer pengikut Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan Agustus 1598 di Istana Fushimi.
Tokugawa Ieyasu merupakan salah satu anggota dari dewan lima menteri yang menjadi tokoh yang sangat berpengaruh. Ieyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang berlaku di zaman pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Ieyasu.
Setelah Maeda Toshiie wafat di bulan Maret tahun berikutnya (1599), bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan faksi bersenjata pimpinan kelompok Katō Kiyomasa, Fukushima Masanori dan 7 komandan militer. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di Istana Sawayama.
Ada pendapat yang meragukan cerita Ishida Mitsunari yang kabur bersembunyi di rumah kediaman Ieyasu, karena peristiwa ini tidak didukung bukti sejarah yang kuat.
Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karir politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan dari Istana Osaka.
Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.
Pemicu peperangan
Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi Maeda Toshinaga (putra pewaris Maeda Toshiie), anggota dewan lima pelaksana pemerintahan yang terdiri dari Asano Nagamasa, Ōno Harunaga dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang dibawah perintah Ieyasu berusaha menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu kandungnya Hōshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.
Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Ieyasu juga memperingatkan kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang Kyoto sekaligus meminta Kagekatsu untuk datang ke Kyoto untuk menjelaskan duduk persoalan.
Penasehat Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Ieyasu, tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di Aizu.
Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan Ōtani Yoshitsugu, anggota dewan pelaksana administrasi Mashida Nagamori dan Ankokuji Ekei. Kelompok Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan Mōri Terumoto yang bersama-sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata melawan pasukan Ieyasu.
Ieyasu menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di Oyama (provinsi Shimotsuke) berdasarkan laporan pengikutnya yang bernama Torii Mototada yang tinggal di Istana Fushimi. Ieyasu yang sedang dalam perjalanan untuk menaklukkan Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke Kyoto.
Penjelasan lain mengatakan penaklukkan Uesugi Kagekatsu semata-mata digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan Mitsunari. Daerah Kinai sengaja dibiarkan tidak terjaga untuk mengundang pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan dari pasukan Mitsunari.
Pihak yang saling berhadapan dalam Pertempuran Sekigahara tidak bisa dengan mudah dibagi dua menjadi Pasukan Timur yang terdiri dari pasukan Tokugawa dan Pasukan Barat adalah pasukan Toyotomi. Ada pendapat yang mengatakan Pasukan Timur justru terdiri dari pasukan reguler di bawah pemerintah Toyotomi, sedangkan Pasukan Barat justru merupakan pasukan pemberontak. Keberadaan Pasukan Barat hampir-hampir tidak diketahui oleh tokoh-tokoh penting dalam pemerintahan Hideyori. Beberapa pejabat tinggi yang tidak setuju dengan pergerakan Pasukan Barat juga mengambil sikap pura-pura tidak tahu.
Sebelum Sekigahara
Bentrokan bersenjata
Pada tanggal 2 Juli 1600, Ishida Mitsunari membujuk Ōtani Yoshitsugu yang bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Pada hari berikutnya (12 Juli), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji Ekei mengadakan pertemuan rahasia di Istana Sawayama. Dalam pertemuan antara lain disepakati permohonan untuk menunjuk Mōri Terumoto sebagai panglima tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan Chōsokabe Morichika dan Nabeshima Katsushige menjadi terhenti sehingga akhirnya tidak jadi bergabung dengan Pasukan Timur.
Pada tanggal 17 Juli, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu dengan mengepung Istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii Mototada. Mitsunari mengeluarkan peringatan kepada Mototada agar menyerah. Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 19 Juli. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Ukita Hideie dan Shimazu Yoshihiro. Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal 1 Agustus.
Selanjutnya, basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi Tango, Istana Anotsu dan Istana Matsusaka di provinsi Ise, secara berturut-turut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi Mino memindahkan markas pasukannya dari Istana Sawayama ke Istana Ōgaki pada tanggal 10 Agustus.
Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui jalur Tōkaido tanpa dipimpin Tokugawa Ieyasu yang sedang berada di Edo. Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa yang berada di garis depan pimpinan Pasukan Timur berhasil menaklukkan Istana Gifu yang dikuasai Oda Hidenobu (Sanbōshi) pada tanggal 23 Agustus. Ieyasu sedang berada di Edo mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan Tōdō Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk membujuk daimyo yang setia pada Toyotomi agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu, Ieyasu dengan segan memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju Osaka.
Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendō berusaha menaklukkan Istana Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap Ieyasu.
Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo wilayah han Ōgo bernama Makino Yasunari dihukum kurungan karena dituduh bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.
Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit prajurit. Pendapat lain yang dapat dipercaya mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.
Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang. Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana Ueda di provinsi Shinshu. Perintah menyerang Shinshu dibatalkan oleh Ieyasu setelah mendengar berita jatuhnya Istana Gifu. Tokugawa Ieyasu mengeluarkan perintah yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi Mino pada tanggal 29 Agustus tapi pada waktu itu sungai Tonegawa sedang banjir sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal 9 September, sehingga keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempuran (14 September 1600).
Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama Shima Sakon mengusulkan agar sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini disebut Pertempuran Sungai Kuise.
Ishida Mitsunari dan pimpinan Pasukan Barat terpancing keluar menuju Sekigahara ketika sedang mempertahankan Istana Ōgaki akibat desas-desus yang disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke Osaka." Ada perbedaan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.
Pihak yang bertikai dalam Pertempuran Sekigahara
( S Mengirimkan pasukan ke Sekigahara, ×T Membelot dari Pasukan Barat ke Pasukan Timur)
Pasukan Timur Komandan militer Kokudaka
Pasukan Barat Komandan militer Kokudaka
Tokugawa Ieyasu
2.550.000 S Mōri Terumoto
1.205.000
Maeda Toshinaga
830.000 Uesugi Kagekatsu
1.200.000
Date Masamune
580.000 Ukita Hideie
570.000 S
Katō Kiyomasa
245.000 Shimazu Yoshihiro
560.000 S
Fukushima Masanori
200.000 S Kobayakawa Hideaki
357.000 ×T
Hosokawa Tadaoki
180.000 S Ishida Mitsunari
194.000 S
Asano Kichinaga
160.000 S Konishi Yukinaga
200.000 S
Ikeda Terumasa
152.000 S Mashita Nagamori
200.000
Koroda Nagamasa
180.000 S Ogawa Suketada
70.000 ×T
Katō Yoshiakira
100.000 S Ōtani Yoshitsugu
50.000 S
Tanaka Yoshimasa
100.000 S Wakisaka Yasuharu
33.000 ×T
Tōdō Takatora
80.000 S Ankokuji Ekei
60.000 S
Mogami Yoshiaki
240.000 Satake Yoshinobu
544.000
Yamauchi Kazutoyo
69.000 S Oda Hidenobu
135.000
Hachisuka Yoshishige
177.000 Chōsokabe Morichika
220.000 S
Honda Tadakatsu
100.000 S Kutsuki Mototsuna
10.000 ×T
Terazawa Hirotaka
80.000 S Akaza Naoyasu
20.000 ×T
Ikoma Kazumasa
150.000 S Kikkawa Hiroie
142.000 ×T
Ii Naomasa
120.000 S Natsuka Masaie
50.000
Matsudaira Tadayoshi
100.000 S Mōri Hidemoto
200.000 S
Tsutsui Sadatsugu
200.000 S Toda Katsushige
10.000 S
Formasi pasukan
Posisi pasukan pada pertempuran Sekigahara.
Pada tanggal 15 September 1600, kedua belah pihak Pasukan Barat dan Pasukan Timur saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.
Penasehat militer dari Jerman bernama Klemens Wilhelm Jacob Meckel yang didatangkan pemerintah Jepang zaman Meiji mengatakan Pertempuran Sekigahara pasti dimenangkan oleh Pasukan Barat setelah melihat peta formasi pasukan di Sekigahara. Pasukan Timur dalam keadaan terkepung dan kemenangan Pasukan Barat sudah di depan mata jika melihat posisi pasukan Mitsunari di gunung Sasao, pasukan Ukita Hideie di gunung Temma, pasukan Kobayakawa Hideaki di gunung Matsuo, dan garis pertahanan pasukan Mōri Hidemoto di gunung Nangū.
Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa melihat situasi karena tebalnya kabut.
Pertempuran dimulai
Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsudaira Tadayoshi yang berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan Pasukan Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama Pasukan Barat. Tembakan yang dilepaskan Matsudaira Tadayoshi menandai dimulainya Pertempuran Sekigahara.
Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak. Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri dari 6.000 prajurit dan pasukan Ukita yang terdiri dari 17.000 prajurit saling desak dan saling bunuh tanpa bisa maju selangkah pun juga.
Pasukan Kuroda Nagamasa yang terdiri dari 5.400 prajurit dan pasukan Hosokawa Tadaoki yang terdiri dari 5.100 pasukan secara bersama-sama mengincar pasukan Ishida Mitsunari dan membuka serangan. Pasukan Shima Sakon dan Gamō Satoie yang berada di pihak Ishida Mitsunari juga bertarung dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur. Ōta Gyūichi yang mengalami sendiri pertempuran sengit Sekigahara menulis sebagai berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan ditengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas ke sana kemari."
Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih dari 2 jam, Ishida Mitsunari membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut bertempur. Mistunari mengirim kurir untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut bertempur, tapi Shimazu menolak untuk bertempur. Mōri Terumoto juga tidak bisa ikut bertempur akibat dihalangi di jalan oleh Kikkawa Hiroie. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan klan Mōri.
Pembelotan Kobayakawa Hideaki
Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke posisi pasukan Hideaki di gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.
Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu, Wakisaka Yasuharu, Ogawa Suketada, Akaza Naoyasu dan Kutsuki Mototsuna yang masih menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur. Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah dimenangkan Pasukan Timur.
Pasukan Barat tercerai-berai
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang dipimpin Shimazu Yoshihiro berusaha mundur dengan memotong garis depan menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan Shimazu yang mundur memotong garis depan. Ii Naomasa dan Matsudaira Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka. Kuda yang sedang ditunggangi Honda Tadakatsu tertembak sehingga Tadakatsu jatuh dan menderita luka-luka.
Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban tewas seperti Shimazu Toyohisa dan Ata Moriatsu dan pasukan yang tersisa jumlahnya tinggal sekitar 80 prajurit. Shimazu Yoshihiro bisa lolos berkat penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur mati-matian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar pasti tewas dan melakukan seppuku. Gugus tempur Pasukan Barat yang lain juga berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai.
Pertempuran di daerah-daerah
Pertempuran Sekigahara tidak hanya terbatas di provinsi Mino, melainkan juga meluas ke daerah-daerah lain. Sebelum dan sesudah Sekigahara, di berbagai daerah di seluruh Jepang seperti di Tohoku, Hokuriku, Kinai, Kyushu terjadi bentrokan bersenjata yang dapat disebut perang proxy antara daimyo pendukung Pasukan Timur dan daimyo pendukung Pasukan Barat.
Daerah Tohoku
Ada cerita yang didasarkan bukti kuat bahwa penghancuran klan Uesugi akibat dijelek-jelekkan oleh Hori Hideharu yang berada di pihak Pasukan Timur, tapi dokumen yang ditemukan belakangan ini justru membuktikan bahwa Hideharu berada di pihak Pasukan Barat.
Dalam mengawasi pergerakan pasukan Ishida Mitsunari, Ieyasu mengeluarkan perintah untuk kepada Yūki Hideyasu sebagai kekuatan utama dalam mengawasi Uesugi Kagekatsu, dibantu oleh para daimyo yang mempunyai wilayah yang bertetangga dengan wilayah Kagekatsu seperti Mogami Yoshiaki, Hori Hideharu dan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang ingin wilayah yang dekat dengan laut melihat kesempatan emas untuk merebut wilayah kekuasaan Uesugi menyusun rencana penyerangan bekerja sama dengan Date Masamune. Pengikut setia klan Uesugi seperti Naoe Kanetsugu yang mendengar rencana ini mengambil keputusan untuk menyerang lebih dulu daripada diserang. Pada tanggal 9 September 1600, kekuatan Naoe Kanetsugu yang datang dari arah Yonezawa berhasil mendesak masuk ke dalam wilayah Mogami dan beberapa hari kemudian berhasil mengepung Istana Yamagata yang merupakan tempat kediaman Mogami Yoshiaki.
Setelah kemenangan Tokugawa Ieyasu dalam Sekigahara, Date Masamune yang berada di bawah Pasukan Timur mendapat tambahan wilayah sebanyak 7 distrik yang bernilai 1.000.000 koku. Ieyasu memang menjanjikan 1.000.000 koku bagi daimyo yang mau berpihak kepadanya dalam Sekigahara. Istana Shiraishi yang merupakan wilayah kekuasaan Uesugi kemudian juga diserang dan dikuasai oleh pasukan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang panik akibat serangan mendadak dari pasukan Uesugi segera meminta bantuan pasukan kepada Date Masamune. Di kalangan pengikut Date Masamune seperti Katakura Kagetsuna berpendapat pasukan Uesugi yang sudah kelelahan bertempur dengan pasukan Mogami dapat ditaklukkan dengan mudah dan wilayah Yamagata dapat dikuasai tanpa bersusah payah.
Date Masamune perlu menolong klan Mogami karena kehancuran klan Mogami akan membuat Uesugi Kagekatsu menjadi ancaman langsung bagi Masamune. Pada tanggal 17 September 1600 Date Masamune menunjuk panglima tertinggi Rusu Masakage untuk menyerang pasukan Naoe Kanetsugu. Ada juga pendapat yang mengatakan Date Masamune kuatir dengan nasib ibunya yang berada di Istana Yamagata disandera oleh Mogami Yoshiaki.
Berkat pasukan tambahan dari Masamune, pasukan pengikut Sakenobe Hidetsuna yang berada di pihak Mogami bertempur gagah berani melawan pasukan Naoe Kanetsugu. Pertempuran menjadi berlangsung seimbang. Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu hanya dengan sedikit prajurit ternyata tidak bisa juga ditaklukkan oleh Kanetsugu. Setelah hasil Pertempuran Sekigahara diketahui oleh kubu kedua belah pihak pada tanggal 29 September, pertempuran secara cepat dimenangkan pasukan Mogami Yoshiaki.
Naoe Kanetsugu segera memerintahkan pasukannya untuk mundur dengan Maeda Toshimasu berada di bagian paling belakang. Mogami Yoshiaki segera memerintahkan pasukannya untuk mengejar sekaligus memimpin sendiri penyerangan besar-besaran. Pengejaran ini berubah menjadi pertempuran yang kacau balau, topi baja yang dikenakan Mogami Yoshiaki sempat tertembak dan harus bersusah payah melarikan diri sementara pasukan Mogami Yoshiyasu (putra Yoshiaki) terus melakukan pengejaran. Pada tanggal 4 Oktober, pasukan Kanetsugu berhasil kembali dengan selamat di Istana Yonezawa.
Daerah Hokuriku
Maeda Toshinaga yang merasa harus mendukung penyerangan terhadap Uesugi Kanetsugi berangkat dari Kanazawa pada tanggal 26 Juli 1600. Memasuki bulan Agustus, Yamaguchi Munenaga yang bertahan di dalam Istana Daishōji berhasil dikepung oleh pasukan Maeda Toshinaga dan jatuh pada tanggal 3 Agustus. Istana Kitanojō yang dijaga Aoki Kazunori juga sudah berhasil dikepung, tapi akhirnya pasukan Toshinaga terpaksa mundur dengan tergesa-gesa akibat kabar bohong tentang pasukan Ōtani Yoshitsugu yang datang menyerang dari belakang. Kabar bohong ini konon disebarkan sendiri oleh Yoshitsugu.
Di tengah jalan, Maeda Toshinaga membagi pasukannya menjadi dua. Setengah dari pasukannya dikirim untuk menyerang Niwa Nagashige yang bertahan di dalam Istana Komatsu. Pada tanggal 9 Agustus 1600, pasukan Nagashige yang sebelumnya sudah tercerai berai akibat serangan mendadak kembali dihantam oleh pasukan inti Toshinaga sehingga korban jatuh dalam jumlah besar di pihak Nagashige. Niwa Nagashige akhirnya menawarkan perdamaian dan menyerahkan Istana Komatsu. Toshinaga yang berhasil pulang ke Kanazawa segera menyusun kembali pasukannya dengan tergesa-gesa dan baru berhasil berangkat dari Kanazawa pada tanggal 12 September 1600 sehingga pada akhirnya tidak berhasil sampai di Sekigahara.
Daerah Kinai
Istana Ōtsu
Kyōgoku Takatsugu yang berada di kubu Pasukan Timur tidak berhasil mempertahankan Istana Ōtsu dan diasingkan sebagai pendeta di kuil Onjōji, Gunung Kōya.
Istana Tanabe
Hosokawa Tadaoki ketika sedang pergi berperang menitipkan Istana Tanabe di provinsi Tango kepada Hosokawa Yūsai yang hanya ditemani 500 prajurit. Pasukan Barat yang dipimpin panglima tertinggi Onogi Shigekatsu (penguasa Istana Fukuchiyama) mengepung Istana Tanabe dengan lebih dari 15.000 prajurit dari pasangan bapak dan anak Koide Yoshimasa-Koide Hidemasa dan Akamatsu Hirohide. Pertempuran berlangsung seimbang tapi tidak berlangsung habis-habisan karena beberapa orang komandan kubu Pasukan Barat seperti Tani Morimoto pernah berguru kepada Hosokawa Yūsai yang dikenal ahli dalam seni menulis Kadō.
Keadaan pertempuran kemudian tidak lagi menguntungkan pihak Pasukan Timur, sehingga satu-satunya pilihan Hosokawa Yūsai adalah gugur secara terhormat daripada ditaklukkan musuh. Buku berisi ilmu rahasia seni menulis Kadō yang disebut Kokindenju sudah diputuskan untuk diwariskan semuanya kepada murid yang bernama Hachijōnomiya Toshihitoshinnō. Kabar ini diteruskan oleh Hachijonomiya kepada Kaisar Goyōzei yang merasa takut akan kehilangan Hosokawa Yūsai. Kaisar mengeluarkan perintah kepada pihak Pasukan Barat agar menghentikan penyerangan ke Istana Tanabe. Pasukan Barat tidak mau menghentikan penyerangan begitu saja, lagipula Yūsai juga menolak untuk menyerahkan Istana Tanabe. Pada tanggal 12 September 1600, kaisar mengirim tiga orang utusan pribadi yang bernama Nakanoin Michikatsu, Karasuma Mitsuhiro dan Sanjūnishi Sanuki ke Istana Tanabe. Hosokawa Yūsai akhirnya menerima usulan damai dan menyerahkan Istana Tanabe kepada Onogi Shigekatsu pada tanggal 18 September 1600.
Sehabis mengusir Hosokawa Yūsai dari Istana Tanabe, Onogi Shigekatsu mendengar kabar kekalahan Pasukan Barat di Sekigahara. Shigekatsu segera pulang melarikan diri ke Istana Fukuchiyama. Tidak lama kemudian Istana Fukuchiyama dikepung oleh pasukan Hosokawa Tadaoki yang baru saja menang perang dan pasukan Tani Morimoto yang membelot ke kubu Pasukan Timur. Shigekatsu memohon agar nyawanya diampuni, tapi akhirnya terpaksa melakukan bunuh diri pada tanggal 18 November 1600.
Kyushu
Kuroda Josui, Katō Kiyomasa, Nabeshima Naoshige sedang berada di wilayah kekuasaannya masing-masing di Kyushu. Kiyomasa dan Noshige pada awalnya mempertahankan sikap netral, sedangkan Josui berusaha keras membantu Pasukan Timur dengan tanpa ragu-ragu menyumbangkan semua uang dan perbekalan yang disimpan di Istana Nakatsu. Berkat semua yang yang dimilikinya, Kuroda Josui dengan cepat berhasil membentuk pasukan yang terdiri lebih dari 3.500 ronin.
Sementara itu, Ōtomo Yoshimune dari kubu Pasukan Barat ingin lebih memanaskan pertentangan antara kubu Timur-Barat. Yoshimune yang menerima dukungan dari Mōri Terumoto berencana untuk merebut kembali provinsi Bungo. Pada tanggal 9 September 1600, Ōtomo Yoshimune menjejakkan kaki di provinsi Bungo yang baru pertama kali dilakukannya sejak diasingkan. Yoshimune yang mengumpulkan bekas pengikutnya menantang pasukan Kuroda Josui untuk bertempur di Ishigakihara (sekarang kota Beppu).
Pada tanggal 13 September 1600, kedua belah pihak terlibat bentrokan bersenjata. Kubu pihak Yoshimune akhirnya menyerah kepada kubu Josui akibat terbunuhnya jenderal dari pihak Yoshimune. Pada tanggal 15 September 1600, Ōtomo Yoshimune memutuskan untuk menjadi biksu setelah menyerahkan diri kepada pasukan yang dipimpin Mori Tomonobu yang bertempur untuk kubu pasukan Josui. Katō Kiyomasa yang ketika mendengar berita kemenangan pasukan Josui sedang memimpin bala bantuan untuk Josui dari Kumamoto segera berbalik arah menyerang wilayah kekuasaan Konishi Yukinaga.
Pasukan Josui terus menyerang dan berturut-turut menaklukkan istana yang terdapat di Kita Kyushu. Katō Kiyomasa bersama Nabeshima Naoshige kemudian mengepung Istana Yanagawa dan berhasil memaksa Tachibana Muneshige untuk menyerah. Pada waktu itu, Tachibana Muneshige sedang bertahan di dalam Istana Yanagawa setelah terlambat datang di pertempuran Sekigahara. Pasukan gabungan yang dipimpin Josui kemudian merencanakan untuk menyerang provinsi Shimazu. Shimazu Ryūhaku yang ditinggal untuk menjaga wilayah milik Konishi Yukinaga menjadi panik atas ancaman pasukan gabungan yang dipimpin Josui. Ryūhaku mengirim pasukannya untuk memperkuat Kyushu dengan menjadi semakin tegang menanti serangan dari pasukan gabungan Josui. Penyerangan ke Shimazu yang sudah di depan mata akhirnya dibatalkan setelah ada perintah untuk menghentikan peperangan dari Tokugawa Ieyasu.
Daerah-daerah lain
Kanto
Satake Yoshinobu menjadi ragu-ragu dalam menentukan pihak yang perlu didukung. Yoshinobu sendiri merupakan sahabat dari Ishida Mitsunari, tapi ayahnya yang bernama Satake Yoshishie menyuruhnya untuk mendukung Pasukan Timur. Pengikut Yoshinobu seperti Tagaya Shigetsune, Yamakawa Asanobu yang memiliki sedikit pasukan, Sōma Yoshitane semuanya mendukung Uesugi Kagekatsu (kubu Pasukan Barat)
Ise
Istana pihak Pasukan Barat yang ada di Ise seperti Istana Anotsu tidak luput dari serangan pasukan Mōri Terumoto yang sedang dalam perjalanan menuju Sekigahara. Penguasa Istana Anotsu yang bernama Tomita Nobutaka menjadi biksu setelah menyerah. Furuta Shigekatsu yang menguasai Istana Matsusaka berhasil mengulur waktu dengan menawarkan perjanjian damai sehingga tidak perlu menyerahkan istana.
Penyelesaian pasca Sekigahara
Lokasi pertempuran Sekigahara sekarang.
• Seusai Pertempuran Sekigahara, Ishida Mitsunari tertangkap oleh pasukan Tanaka Yoshimasa pada tanggal 21 September 1600, sedangkan Konishi Yukinaga tertangkap tanggal 19 September dan Ankokuji Ekei tertangkap tanggal 23 September tahun yang sama. Para tawanan kemudian diarak berkeliling kota di Osaka dan Sakai sebelum dieksekusi di tempat bernama Rokujōgawara yang terletak di pinggir sungai Kamo, Kyoto.
• Ukita Hideie yang setelah Pertempuran Sekigahara melarikan diri ke provinsi Satsuma berhasil ditangkap oleh Shimazu Tadatsune di akhir tahun 1603. Hideie kemudian diserahkan kepada Tokugawa Ieyasu. Tadatsune dan Maeda Toshinaga yang merupakan kakak dari istri Hideie (Putri Gō) meminta pengampunan atas nyawa Hideie dan dikabulkan oleh Ieyasu. Hukuman mati Ukita Hideie dikurangi menjadi hukuman buang ke pulau Hachijōjima setelah menjalani hukuman kurungan di gunung Kuno, provinsi Suruga.
• Nastuka Masaie melarikan diri ke tempat tinggalnya di Istana Minakuchi provinsi Ōmi tapi berhasil dikejar oleh pasukan Ikeda Terumasa yang bertempur untuk kubu Pasukan Timur. Masaie melakukan bunuh diri pada tanggal 3 Oktober 1600. Ōtani Yoshitsugu melakukan bunuh diri sewaktu mempertahankan diri dari serangan Kobayakawa Hideaki yang membelot ke kubu Pasukan Timur.
• Hukuman untuk Shimazu Yoshihiro tidak juga kunjung berhasil diputuskan. Pada bulan April 1602, Tokugawa Ieyasu memutuskan wilayah kekuasaan Yoshihiro diberikan kepada kakaknya yang bernama Shimazu Yoshihisa karena menurut Ieyasu, "Tindakan Yoshihiro bukanlah (tindakan yang) dapat diterima majikan." Hak Yoshihiro sebagai pewaris klan juga dicabut dan putranya yang bernama Shimazu Tadatsune ditunjuk sebagai penggantinya.
• Mōri Terumoto dinyatakan bersalah karena sebagai panglima tertinggi mengeluarkan berbagai petunjuk untuk mempertahankan Istana Osaka. Wilayah kekuasaan Terumoto dikurangi hingga tinggal menjadi dua provinsi, yakni provinsi Suō dan provinsi Nagato. Pada mulanya, Tokugawa Ieyasu menjanjikan seluruh wilayah klan Mōri untuk Kikkawa Hiroie, tapi kemudian janji ini diubah secara sepihak oleh Ieyasu. Kikkawa Hiroie hanya akan diberi dua provinsi milik klan Mōri yang tersisa (Suō dan Nagato) sehingga pemberian Ieyasu ditolak oleh Hiroie dan kedua provinsi ini tetap menjadi milik klan Mōri.
• Hak atas semua wilayah kekuasaan Tachibana Muneshige dan Maeda Toshinaga dicabut karena telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan Niwa Nagashige. Muneshige dan Nagashige kemudian dipulihkan haknya sebagai daimyo lain berkat jasa baik Tokugawa Hidetada. Muneshige juga menerima kembali bekas wilayah kekuasaannya.
• Chōsokabe Morichika mengaku bersalah sebagai pembunuh kakak kandungnya yang yang bernama Tsuno Chikatada akibat kesalah pahaman dan laporan bohong yang disampaikan pengikutnya. Tokugawa Ieyasu marah besar hingga merampas semua wilayah kekuasaan Chōsokabe Morichika.
• Wilayah kekuasaan senilai 1.200.000 koku milik Uesugi Kagekatsu dari Aizu dikurangi menjadi hanya tinggal wilayah Yonezawa bekas kepunyaan Naoe Kanetsugu yang hanya bernilai 300.000 koku.
• Satake Yoshinobu yang tadinya menguasai provinsi Hitachi yang bernilai 540.000 koku ditukar dengan provinsi Dewa yang hanya bernilai 180.000 koku.
• Kobayakawa Hideaki berkhianat dari kubu Pasukan Barat dan membelot ke kubu Pasukan Timur ditukar wilayah kekuasaannya dari provinsi Chikuzen yang cuma bernilai 360.000 koku menjadi provinsi Bizen yang bernilai 570.000 koku. Pada tahun 1602, Kobayakawa Hideaki yang masih berusia 21 tahun meninggal karena sakit gila, tanpa ada anak pewaris dan garis keturunannya putus begitu saja.
• Wakisaka Yasuharu dan Kutsuki Mototsuna yang membelot ke kubu Pasukan Timur atas ajakan Kobayakawa Hideaki mendapat wilayah kekuasaan. Pembelotan Ogawa Suketada dan Akaza Naoyasu justru sia-sia karena wilayah kekuasaan dirampas oleh Ieyasu. Tokugawa Ieyasu tidak menghargai para pembelot dari kubu Pasukan Barat kecuali Hideaki, Yasuharu dan Mototsuna. Ogawa Suketada memang dikabarkan mempunyai sejarah pembelotan ke sana kemari, lagipula putra pewarisnya merupakan sahabat dekat Ishida Mitsunari. Selain itu, Akaza Naoyasu kabarnya takut mendengar bunyi tembakan. Ogawa Suketada tutup usia setahun sesudah Pertempuran Sekigahara, sedangkan Akaza Naoyasu menjadi pengikut Maeda Toshinaga sebelum mati tenggelam di provinsi Etchū pada tahun 1606.
Di pasca Pertempuran Sekigahara, Tokugawa Ieyasu menghadiahkan pada daimyo pendukung kubu Pasukan Timur dengan tambahan wilayah kekuasaan yang luas.
• Hosokawa Tadaoki yang tadinya memiliki provinsi Tango (Miyazu) senilai 180.000 koku ditukar dengan provinsi Buzen (Okura) yang bernilai 400.000 koku.
• Tanaka Yoshimasa yang tadinya memiliki provinsi Mikawa (Okazaki) senilai 100.000 koku ditukar dengan provinsi Chikugo (Yanagawa) yang bernilai 325.000 koku.
• Kuroda Nagamasa yang tadinya memiliki provinsi Buzen (Nakatsu) senilai 180.000 koku ditukar dengan provinsi Chikuzen (Najima) yang bernilai 530.000 koku.
• Katō Yoshiakira dipindahkan dari Masaki (provinsi Iyo) yang bernilai 100.000 koku ke Matsuyama yang terletak di provinsi yang sama tapi bernilai 200.000 koku.
• Tōdō Takatora dipindahkan dari Itajima (provinsi Iyo) yang bernilai 80.000 koku ke Imabari yang terletak di provinsi yang sama tapi bernilai 200.000 koku.
• Terazawa Hirotaka yang menguasai provinsi Hizen ditingkatkan penghasilannya dari 83.000 koku menjadi 123.000 koku.
• Yamauchi Kazutoyo yang tadinya memiliki provinsi Tōtōmi (Kakegawa) senilai 70.000 koku ditukar dengan provinsi Tosa yang bernilai 240.000 koku.
• Fukushima Masanori yang memiliki provinsi Owari (Kiyosu) senilai 200.000 koku ditukar dengan provinsi Aki dan Bingo (Hiroshima) yang bernilai 498.000 koku.
• Ikoma Kazumasa yang menguasai provinsi Sanuki (Takamatsu) senilai 65.000 koku ditingkatkan penghasilannya menjadi 171.000 koku.
• Ikeda Terumasa yang menguasai provinsi Mikawa (Yoshida) senilai 152.000 koku dipindahkan ke provinsi Harima (Himeji) yang bernilai 520.000 koku.
• Asano Kichinaga yang menguasai provinsi Kai senilai 220.000 koku dipindahkan ke provinsi Kii (Wakayama) yang bernilai 376.000 koku.
• Katō Kiyomasa yang menguasai provinsi Higo ditingkatkan penghasilannya dari 195.000 koku menjadi 515.000 koku.
Para daimyo yang bukan merupakan pengikut Tokugawa Ieyasu sebagian besar diusir ke provinsi-provinsi yang terdapat di sebelah barat Jepang.
• Date Masamune yang berangkat dari Oshu untuk bergabung dengan kubu Pasukan Timur juga tidak ketinggalan menerima hadiah dari Ieyasu. Provinsi Mutsu (Iwadeyama) yang dimiliki Date Masamune ditingkatkan nilainya dari 570.000 koku menjadi 620.000 koku.
• Mogami Yoshiaki yang memiliki provinsi Dewa (Yamagata) ditingkatkan penghasilannya dari 240.000 koku menjadi 570.000 koku.
• Pasca Sekigahara, Nilai wilayah yang langsung berada di bawah kekuasaan Tokugawa Ieyasu bertambah drastis dari 2.500.000 koku menjadi 4.000.000 koku.
• Wilayah kekuasaan klan Toyotomi yang sewaktu Toyotomi Hideyoshi masih berkuasa bernilai 2.220.000 koku berkurang secara drastis menjadi 650.000 koku. Pelabuhan ekspor-impor di kota Sakai dan Nagasaki yang membiayai klan Toyotomi dijadikan milik Tokugawa Ieyasu, sehingga posisi klan Tokugawa berada di atas klan Toyotomi.
• Klan Shimazu dari Satsuma yang kalah dan menderita kerugian besar dalam Pertempuran Sekigahara dan klan Mōri dari Chōshū yang dirampas wilayah kekuasaannya menyimpan dendam kesumat terhadap Tokugawa Ieyasu. Klan Mōri dan klan Shimazu harus menunggu 250 tahun untuk dapat menumbangkan kekuasaan Keshogunan Edo yang dibangun Tokugawa Ieyasu.
Film dan sinetron
Pertempuran Sekigahara masih jarang diangkat sebagai film atau sinetron, karena pertempuran hanya berlangsung singkat namun melibatkan banyak sekali pihak yang bertikai.
• Aoi Tokugawa Sandai (Taiga drama tahun 2000, produksi NHK) bercerita tentang tiga generasi dinasti Tokugawa yang dibangun setelah Pertempuran Sekigahara.
Saturday, 21 February 2009
Pertempuran Sekigahara
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment