Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di sebelah timur benua Asia. Luas daratannya 378.000 km² dengan jumlah penduduk 127.645.000 jiwa (data www.web-japan.org). Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang ulet, pekerja keras dan disiplin. Karena itulah Jepang dapat mencapai kemajuan seperti sekarang ini. Seiring dengan kemajuan di bidang ekonomi, tingkat kesejehteraan masyarakat Jepang pun semakin baik. Hal ini menyebabkan masyarakat Jepang memiliki peluang untuk berwisata ke luar negeri, termasuk ke Indonesia. Banyaknya orang Jepang yang datang ke Indonesia menyebabkan bertambahnya lapangan kerja, salah satunya yaitu sebagai pemandu wisata. Pemandu wisata di sini tentu saja pemandu-pemandu wisata yang tidak hanya menguasai bahasa Jepang, tetapi juga mengenal kebiasaan dan adat istiadat budaya Jepang. Dengan begitu akan dapat membuat wisatawan Jepang tersebut merasa betah dan confort (nyaman) berada di Indonesia, di Sumatera Barat khususnya.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan oleh pemandu wisata untuk mendapatkan simpati dari wisatawan Jepang agar hubungan kerja antara pemandu wisata dengan wisatawan (wisatawan Jepang) tersebut berjalan baik:
1. Menyiapkan kartu nama.
Orang Jepang bisanya saling bertukar kartu nama ketika pertama kali bertemu seseorang. Tujuannya adalah agar mereka dapat membaca dan melafalkan nama orang yang baru dikenalnya dengan baik. Lidah orang Jepang tidak seperti lidah orang Indonesia yang mudah melafalkan nama atau kata-kata dalam bahasa lain. Orang Indonesia tidak akan mengalami kesulitan dalam melafalkan nama orang asing, baik orang itu berasal dari Jepang atau dari Eropa karena orang Indonesia berbahasa ibu bahasa Indonesia yang menggunakan huruf latin yang di dalamnya dapat ditemukan kata-kata yang huruf konsonannya berurutan. Contoh nama orang Eropa : Smith, Wilson, Andrew, dll, sedangkan ciri khas bahasa Jepang adalah sebagian besar kosakatanya terdiri dari huruf konsonan dan vokal yang berurutan. Contohnya Takahasi, Suzuki, Watanabe. Kalau seandainya ada kosakata yang konsonannya rangkap, biasanya pada salah satu huruf konsonan kata tersebut akan ditambahkan sebuah huruf vokal. Contohnya pada nama Idrus. Orang Jepang akan membacanya Idorusu. Putri à Putori.
Kartu nama ini juga dijadikan alat untuk menilai seseorang. Kartu nama yang ekslusif menunjukkan pemiliknya adalah ”orang yang berada” atau kartu nama yang unik dapat menunjukkan bahwa pemiliknya berjiwa seni tinggi. Karena di dalam kartu nama itu juga biasanya dituliskan pekerjaan, nama instansi, lambang instansi, alamat dan nomor telepon instansi, maka kartu nama dapat juga digunakan untuk mengetahui jabatan/ posisi lawan bicaranya. Pemilik kartu nama yang di kartunya ada lambang dan nama instansi yang cukup terkenal akan lebih dipercayai dan dihormati.
2. Merespon pembicaraan.
Memberi respon (aizuchi) adalah suatu keharusan dalam berkomunikasi dengan orang Jepang. Kalau kita tidak merespon ketika orang Jepang sedang berbicara, orang tersebut bisa saja menganggap kita tidak mendengarkan pembicaraannya atau tidak tertarik pada apa yang dibicarakan. Aizuchi ini dapat membuat komunikasi lebih hangat dan hidup, tapi hati-hati jangan sampai salah menggunakan aizuchi. Kebiasaan orang Jepang ini berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia yang tidak mau disela ketika sedang berbicara. Orang Indonesia justru akan marah kalau disela saat sedang berbicara. Adapun aizuchi yang sering digunakan dalam berbicara dengan orang Jepang adalah :
bahasa formal bahasa informal arti
hai/ee ee/un ya
soo desu ne soo ne benar juga
naruhodo naruhodo oh iya ya
soo desu ka soo ka masa’ sih
hontoo desu ka honto? benarkah?
sono toori desu sono toori seperti yang kamu
bilang/ begitulah
3.Menjaga kedisiplinan.
Orang Jepang adalah orang-orang yang terkenal akan kedisiplinannya. Mereka biasanya merencanakan kegiatan dengan baik dan detil. Jika berjanji, mereka biasanya telah siap 5 atau 10 menit sebelum waktu janjian tiba. Keterlambatan akan mengganggu jadual yang telah disusun dan dapat menyebabkan kerugian moril dan materil. Tidak semua orang Indonesia tidak disiplin atau tidak tepat waktu, tapi ada kecenderungan tidak menghargai waktu. Ada teori yang dikemukakan oleh pakar bahasa tentang kebiasaan orang Indonesia yang tidak menghargai waktu, yaitu orang Indonesia tidak menepati waktu karena dalam bahasa Indonesia tidak ada ’kala’ (tense). Dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris ada ’kala’ (tense). Karena itu, waktu adalah hal yang sangat diperhatikan baik oleh Jepang maupun oleh orang-orang Eropa.
Bahasa | Bentuk |
sekarang | sedang | lampau |
Indonesia | makan | makan | makan |
Jepang | taberu | tabete iru | tabeta |
Inggris | eat | eating | ate |
Dalam bahasa Indonesia, kata ’makan’ tidak mengalami perubahan bentuk meskipun di gunakan dalam bentuk sedang terjadi atau bentuk lampau. Hal ini berbeda dengan bahasa Jepang di mana kata ’taberu’ akan mengalami bentuk kalau digunakan untuk menyatakan sedang makan ’tabete iru’ dan kalau digunakan untuk menyatakan sudah makan berubah menjadi’tabeta’.
4. Menjaga kebersihan.
Orang Jepang tidak hanya disiplin soal waktu, tapi juga disiplin dalam hal membuang sampah. Berbeda dengan orang Indonesia suka seenaknya buang sampah, tak peduli di jalan, dalam angkot atau dalam bus. Sungai pun jadi tempat pembuangan sampah favorit. Kalau terjadi banjir karena selokan tersumbat atau karena pendangkalan sungai yang diakibatkan oleh penumpukan sampah yang disalahkan adalah pemerintah.
Orang Jepang sudah terbiasa membuang sampah pada tempat-tempat tertentu dan pada hari-hari tertentu pula. Di Jepang sampah di bagi atas beberapa jenis dan hari pembuangan sampah-sampah ini berbeda-berbeda tergantung jenisnya.
Adapun jenis-jenis sampah tersebut dan hari pembuangannya adalah sebagai berikut :
a. sampah yang dapat dibakar
misalnya : sampah kertas
hari pembuangan : Senin, Rabu, Jumat
b. sampah yang tidak dapat dibakar
misalnya : barang-barang dari kaca, barang-barang dari plastik,
barang-barang dari logam
hari pembuangan : Kamis
c. sampah besar
misalnya : perabot rumah tangga, barang-barang eletronik, sepeda
hari pembuangan : Selasa minggu ketiga
d.sampah yang bisa didaur ulang
misalnya : kaleng bekas, botol bekas, koran bekas
hari pembuangan : Selasa minggu kedua dan keempat.
Metode ini dapat juga diadopsi oleh pemerintah sehingga kebersihan lingkungan dapat diwujudkan dan banjir yang disebabkan oleh tersumbatnya selokan dan pendangkalan sungai oleh sampah dapat dicegah. Pemisahan sampah-sampah berdasarkan jenisnya ini juga mempermudah pengolahan sampah yang tidak hanya bermanfaat di sektor ekonomi, tapi juga baik untuk lingkungan hidup.
5. Membalas email/ surat.
Dalam dunia pariwisata berkomunikasi dengan orang Jepang tidak hanya dilakukan dengan bertatap muka langsung, tapi dapat juga dilakukan dengan email atau surat. Jika mendapat email/ surat dari orang Jepang, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberitahukan bahwa email dari orang Jepang tersebut telah diterima dan berterima kasih atas email yang dikirimkan, meskipun belum sempat membalas isi email yang dikirimkan oleh orang Jepang tersebut secara detil. Hal ini akan membuat orang Jepang senang dan merasa dihargai.
6. Ungkapan salam
Ada banyak ungkapan salam bahasa Jepang yang sangat berguna sekali dalam berkomunikasi dengan orang Jepang, di antaranya :
v Ogenki desuka. à Apa kabar.
v Okagesamade genki desu. à Baik-baik saja.
v Arigatoo gozaimasu. à Terima kasih.
v Dooitashimashite. à Sama-sama.
v Gomennasai. à Mohon maaf.
v Sumimasen. à Minta maaf.
v Daijoobu desu. à Tidak apa-apa.
v Omedetoo. à Selamat.
v Ohayoo gozaimasu. à Selamat pagi.
v Konnichiwa. à Selamat siang.
v Konbanwa. à Selamat malam.
v Irasshaimase. à Selamat datang.
v Sayoonara. à Selamat jalan.
v Mata ashita. à Sampai besok.
v Mata aimashoo. à Sampai jumpa lagi.
v Mata atode. à Sampai nanti.
Untuk mendapatkan simpati dari wisatawan Jepang tidak hanya hal-hal yang mereka senangi saja yang harus diketahui. Hal-hal yang tidak mereka senangi pun harus diketahui oleh pemandu wisata. Berikut ini adalah hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan oleh pemandu wisata karena wisatawan Jepang tidak menyukainya, yaitu :
1. Meminta tips.
Meminta tips kepada wisatawan Jepang adalah suatu yang tidak boleh dilakukan (tabu). Wisatawan Jepang tidak sama dengan wisatawan Amerika atau Eropa yang suka memberi tips. Bagi wisatawan Jepang, uang yang dibayarkannya ke tempat pemandu wisata bekerja (travel agent) sudah termasuk tips untuk pemandu wisata. Orang Jepang sangat mementingkan tranparansi dan kejujuran. Segala biaya yang mesti mereka bayar harus jelas penggunaannya, misalnya biaya kamar hotel, tranportasi, gaji pemandu wisata, biaya masuk objek wisata dll.
2.Mengajak makan makanan pedas.Makan adalah kebutuhan setiap manusia. Pada saat berwisata, wisatawan pasti makan makanan setempat, selain karena memang itulah makanan yang tersedia, juga karena tertarik dengan makanan setempat. Tidak banyak restoran di Sumatera Barat menyediakan masakan Jepang, karena itu pemandu wisata harus membawa wisatawan Jepang ke restoran atau rumah makan yang tepat. Rumah makan atau restoran yang tepat di sini maksudnya adalah rumah makan atau restoran yang terjamin kebersihannya dan makanannya tidak terlalu pedas. Orang Jepang tidak menyukai makanan pedas karena makanan pedas dapat menyebabkan mereka sakit perut dan mencret-mencret. Hal ini disebabkan oleh makanan mereka pada umumnya tawar, segar atau mentah.
3. Meludah sembarangan.
Orang Indonesia suka meludah di sembarangan tempat, tak peduli saat berjalan ataupun saat sedang mengemudikan kendaraan. ‘Cuah’ di sana, ‘cuah’ di sini bagi orang Indonesia hal lumrah. Bagi orang Jepang meludah sembarangan itu tidak baik. Karena di dalam air ludah tersebut mungkin saja ada bibit penyakit yang dapat diterbangkan angin bila sudah kering. Berbeda dengan kentut yang meskipun aromanya tidak sedap tidak dapat menyebarkan penyakit seperti halnya air ludah. Kentut di sembarang tempat menurut kebiasaan di Indonesia tidak sopan. Bagi orang Jepang kentut itu hal yang lumrah dan sifatnyna alami.
Berikut ini adalah hal-hal yang sebaiknya diketahui oleh pemandu wisata berkaitan dengan sifat atau kebiasaan orang Jepang yang sudah mapan dalam masyarakat, yaitu :
1.Komplain.
Pada umumnya orang Jepang agak tertutup dan pendiam, tidak seterbuka orang Amerika atau Eropa. Kalau mereka tidak menerima service seperti yang dijanjikan atau seperti yang mereka harapkan, mereka tidak akan komplain secara blak-blakan seperti orang Amerika. Kalau pada awalnya mereka berencana akan tinggal di Indonesia 10 hari, akan mereka memperpendek masa tinggal mungkin jadi 5 atau 6 hari. Mereka akan menyampaikan keluhan dan ketidakpuasan mereka kepada teman-temannya atau biro travelnya yang ada di Jepang tentang situasi yang dialaminya. Selanjutnya biro travel tersebut, tidak akan merekomendasikan orang Jepang ke daerah yang tadi.
2. Miburi (bahasa isyarat atau bahasa tubuh).
Ada peribahasa yang berbunyi lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Artinya setiap daerah/ negara punya ciri khas tersendiri. Jepang punya ciri khas tersendiri dan Indonesia punya ciri khas tersendiri. Orang Indonesia menunjuk dirinya dengan menepuk dadanya. Memegang dada bagi orang Jepang tidak berarti ’saya’ seperti di Indonesia, melainkan mengekspresikan kelegaan, ketenangan. Untuk menunjukkan diri sendiri orang Jepang menunjuk hidungnya. Pada saat menyentuh benda yang panas orang Jepang, akan segera memegang telinganya, sedangkan orang Indonesia akan meniup tangan atau jari yang tadi terkena panas. Miburi lain yang berbeda antara di Indonesia dengan di Jepang adalah mengacungkan jempol. Di Indonesia artinya hebat, oke, mantap, di Jepang artinya dia (laki-laki), ayah.
3. Warna.
Di dalam kehidupan orang Jepang, pada dasarnya warna itu dibagi 2, yaitu warna laki-laki dan warna perempuan. Warna perempuan seperti merah muda (pink), kuning, orange dan ungu, sedangkan warna laki-laki biasanya hitam, coklat, biru dan lain-lain. Jadi, kalau memberikan sesuatu kepada orang Jepang harus disesuaikan warna benda yang akan diberikan dengan jenis kelamin orang yang menerima. Kalau tidak begitu pemberian tadi akan sia-sia.
4.Kata sapaan.
Ada banyak kata sapaan dalam bahasa Jepang, seperti -san, -sama, -chan, -kun. Tiap-tiap kata sapaan tersbut memiliki fungsi dan aturan pemakaian tersendiri. Yang paling umum dipakai adalah –san. ’-San’ ini dipakai untuk menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara yang diletakkan setelah nama orang. Tidak pernah dipakai untuk menyebutkan diri sendiri atau setelah nama sendiri. ’–Sama’ dipakai setelah nama orang yang sangat-sangat dihormati. ’–Kun’ dipakai setelah nama anak laki-laki dan ’–chan’ dipakai setelah nama anak perempuan. Misalnya: Nakashima-san, Fukuda-sama, Taro-kun, Aiko-chan.
5. Karaoke.
Berkaraoke juga salah satu kebiasaan bagi orang Jepang. Pemandu wisata harus tahu lokasi-lokasi karaoke yang baik dan juga bisa berkaraoke.
6. Angka.
Angka dalam bahasa Jepang
Angka | Sebutan | Angka | Sebutan |
0 | zero, rei | 11 | juu ichi |
1 | ichi | 12 | juu ni |
2 | ni | 13 | juu san |
3 | san | 14 | juu yon |
4 | yon, shi | 15 | juu go |
5 | go | 16 | juu roku |
6 | roku | 17 | juu nana |
7 | shichi, nana | 18 | juu hachi |
8 | hachi | 19 | juu kyuu |
9 | kyuu, ku | 20 | ni juu |
10 | juu | 21 | ni juu ichi |
30 | san juu | 900 | kyuu hyaku |
40 | yon juu | 1000 | sen |
50 | go juu | 2000 | ni sen |
60 | roku juu | 3000 | san zen |
70 | nana juu, shichi juu | 4000 | yon sen |
80 | hachi juu | 5000 | go sen |
90 | kyuu juu | 6000 | roku sen |
100 | hyaku | 7000 | nana sen |
200 | ni hyaku | 8000 | has sen |
300 | sam byaku | 9000 | kyuu sen |
400 | yon hyaku | 10000 | ichi man |
500 | go hyaku | 100000 | juu man |
600 | rop pyaku | 1000000 | hyaku man |
700 | nana hyaku | 10000000 | sen man |
800 | hap hapyaku | | |