Menu

Friday 20 February 2009

Tren Harajuku dan Fenomena J-Rocks

Fenomena Remaja Urban Jakarta

David hanya pemuda biasa. Selain tergolong sedikit ganteng dan berkulit putih, anak muda ini bukan siapa-siapa. Bukan artis, juga bukan penyanyi.
Tapi, saat malam pergantian tahun, ia menjadi idola. Ke mana-mana, ada saja yang memintanya berfoto bersama.


Berkali-kali, ia harus rela memenuhi permintaan banyak pengunjung untuk berfoto.
Hari Senin (31/12) tengah malam, David memang tampil mencolok di tengah pesta ala Harajuku, gaya anak muda Jepang berpakaian --juga gaya hidup-- yang kemudian mendunia.

Juga di Jakarta. Dengan berpakaian ala karakter kstaria Kamen Rider Kuuga, David menjadi pusat perhatian dalam acara tahun baru dengan tema Battle of Harajuku yang dilangsungkan di GOR Soemantri Brojonegoro, Pasar Festival, Jakarta.
Pakaian ala ksatria baja hitam, tokoh hero asal Jepang, itu David tampil percaya diri.
"Saya puas, terserah ada yang lebih bagus. Tapi kostum yang saya kenakan ini, benar- benar hasil keringat saya," katanya kepada Tribun.
Secara khusus, David mempersiapkan diri menyambut Battle of Harajuku. Tak tanggung- tanggung, ia rela merogoh kocek Rp 6 juta demi kostum yang ia kenakan tadi.
"Kostumnya saya buat sendiri. Yang beli hanya ikat pinggangnya saja. Saya beli langsung dari Jepang," ujarnya.
Tren Harajuku
David mungkin mewakili ratusan anak muda Indonesia yang hadir malam itu. Ratusan anak muda ini seperti memindahkan Harajuku, kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo, Jepang, ke Jakarta.
Kawasan Harajuku --kemudian menjadi nama tren mode dan gaya anak muda Jepang-- ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda Jepang berkumpul.
Malam itu, ratusan anak muda Jakarta berdandan ala Harajuku. Kalau Anda pernah menyaksikan video klip kelompok musik J-Rocks featuring Prisa dalam lagu Kau Curi Lagi , kurang lebih begitulah dandanan ala Harajuku.
Battle of Harajuku digarap super serius. Acara ini disiarkan langsung stasiun TV Jepang, NHK.
Selain dandanan ala Harajuku, sejumlah grup band Tanah Air beraliran Japanese Rock, populer disebut J-Rock, juga dihadirkan.
Meski masing asing di telinga, apalagi di Makassar, grup-grup band seperti Jakarta Keion Band, Pinball, Onizuka, Shiroi Hana, Wasabi, dan Melody Maker, ternyata cukup populer di kalangan para Harajuku.
Fashion Movement
Meski sekilas susah membedakan dengan gaya punk, Harajuku tampil lebih modis dan ada pula kesan feminis.
Jangan heran jika gaya Harajuku juga banyak digandrungi cewek-cewek. Mereka bisa memadukan pakaian sekolah ala Jepang dengan tokoh komik semisal Sailormoon.
Kapan gaya dandanan ala anak muda Jepang yang menjadi fashion movement mendunia?
Tak ada yang memastikan, namun diperkirakan sekitar tahun 1970-an, ketika anak-anak muda Jepang menjadikan kawasan stasiun sebagai tempat nongkrong.
Dari sekadar nongkrong, kawasan ini berubah menjadi seperti arena cat walk jalanan.
Anak-anak muda dengan dandanan aneh, berambut warna-warni, jaket kulit penuh paku, atau make up ala gothic menjadi pemandangan biasa.
Lama-kelamaan kawasan yang mencakup sekitar Meiji Jingu, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Takeshita (Takeshita-dori), department store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi, menjadi begitu terkenal.
Orang lalu menyebut Harajuku. Dari sekadar nama kawasan, Harajuku menjadi nama gaya dandanan anak muda Jepang yang begitu mendunia.
Sekitar tahun 1980-an, Jl Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan.
Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda.
Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.
Fenomena J-Rocks
Harajuku kemudian seolah menjadi dandanan wajib musisi grup band terutama dari genre rock.
Di Jepang, aliran ini populer dengan sebutan J-Rock, akronim dari Japanese rock. Band- band rock yang cukup ternama dan selalu berdandan ala Harajuku di antaranya X-Japan, L"Arc~en~Ciel (cara menulisnya memang demikian), atau Dir en Grey.
Fenomena Harajuku mulai muncul di TV saat grup rock asal Bandung, J-Rocks, memakai tema Harajuku dalam video klip mereka, Kau Curi Lagi.
Namun, belum apa-apa, band yang berdiri pada 2003 ini dituding oleh fans fanatik L"Arc~en~Ciel sebagai plagiator.
Sejumlah lagu band yang digawangi Iman (vokal/gitar), Sony (gitar), Wima (bass), dan Anton (drum) dianggap jiplakan dari lagu-lagu L"Arc~en~Ciel.
Lagu Kau Curi Lagi, featuring Prisa, misalnya disebut-sebut meniru lagu L'Arc~en~Ciel berjudul Time Goes On.
Ada juga lagu Selamat Tinggal Kekasihku yang dianggap paling mengundang amarah para fanatik L'Arc~en~Ciel karena, menurut mereka, J-Rocks meniru tiga per empat bagian lagu Fourth Avenue Cafe milik L'Arc~en~Ciel.
Toh, pihak J-Rocks belum mau mengakui kalau faktanya bahwa mereka talah menjiplak.
Banyak fans J-Rocks berkilah bahwa J-Rocks hanya meniru style dari band Jepang tadi.
Yang pasti, band ini sudah mengeluarkan dua album. Mereka juga mengisi dua lagu di album original soundtrack fil Dealova yaitu Into the Silent dan Serba Salah.
Dan apapun itu, J-Rocks dan fenomenan Harajuku juga sudah mewabah di Indonesia dan bisa saja menjadi trendsetter mode 2008

0 comments: